Di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan global, China dan Uni Eropa (UE) sedang menjajaki peluang untuk mempererat kerja sama ekonomi. Langkah ini terjadi bersamaan dengan kembalinya Donald Trump sebagai calon presiden AS, yang dikenal dengan kebijakan proteksionis dan tarif tinggi terhadap produk China dan Eropa.
Pertanyaan besar muncul: Apakah kolaborasi China-UE ini merupakan bentuk perlawanan terhadap kebijakan dagang Trump?
Latar Belakang: Ketegangan AS-China-UE
1. Kebijakan Proteksionis Trump
Donald Trump, selama masa kepresidenannya (2017-2021), menerapkan berbagai kebijakan yang memicu perang dagang, termasuk:
- Tarif tinggi terhadap impor baja dan aluminium dari UE.
- Perang dagang dengan China, dengan tarif hingga 25% pada barang-barang China.
- Kritik terhadap NATO dan hubungan transatlantik, membuat Eropa waspada.
Dengan kemungkinan Trump kembali ke Gedung Putih pada 2024, UE dan China berusaha memitigasi risiko gangguan perdagangan.
2. Upaya China Memperluas Pengaruh Ekonomi
China, di bawah tekanan AS, terus mencari sekutu dagang baru. UE adalah pasar terbesar kedua bagi China setelah AS, sehingga kerja sama ini sangat strategis.
Kerja Sama China-UE: Apa yang Dibahas?
Beberapa isu utama dalam pembicaraan China-UE meliputi:
1. Perluasan Investasi dan Perdagangan
- Pembukaan pasar baru untuk produk teknologi dan otomotif.
- Pengurangan hambatan non-tarif bagi eksportir Eropa di China.
2. Isu Keberlanjutan dan Teknologi Hijau
- Kolaborasi dalam energi terbarukan dan kendaraan listrik.
- China sebagai produsen panel surya dan baterai terbesar dunia bisa menjadi mitra kunci UE.
3. Penyelesaian Sengketa Dagang
- UE masih memiliki kekhawatiran soal subsidi industri China yang dianggap tidak adil.
- China ingin menghindari sanksi lebih lanjut dari UE, seperti investigasi anti-subsidi pada mobil listrik China.
Apakah Ini Bentuk Perlawanan terhadap Trump?
Analis memandang langkah China-UE sebagai upaya mengurangi ketergantungan pada AS sekaligus mengantisipasi kebijakan Trump jika terpilih kembali. Beberapa tanda yang menguatkan argumen ini:
- UE ingin mandiri dari tekanan AS, terutama dalam hal teknologi dan energi.
- China butuh sekutu kuat untuk menghadapi kemungkinan tarif baru dari AS.
- Kerja sama multilateral seperti ini bisa menjadi penyeimbang dominasi AS di perdagangan global.
Namun, UE juga tetap kritis terhadap praktik bisnis China, menunjukkan bahwa aliansi ini tidak sepenuhnya solid.
Tantangan dan Prospek Ke Depan
Meskipun potensi kerja sama China-UE besar, beberapa tantangan masih menghadang:
- Perbedaan sistem politik dan ekonomi antara UE yang liberal dan China yang otoriter.
- Ketergantungan UE pada AS dalam keamanan dan teknologi mungkin membatasi hubungan dengan China.
- Tekanan publik di Eropa yang skeptis terhadap dominasi China.
Namun, jika kedua pihak bisa menemukan titik temu, kolaborasi ini bisa mengubah peta perdagangan global.
China dan UE sedang bermain catur dagang, dengan Trump sebagai faktor pengganggu. Jika kerja sama ini berhasil, AS mungkin akan menghadapi blok ekonomi baru yang lebih independen. Namun, jika ketegangan China-UE tetap ada, AS masih bisa mempertahankan pengaruhnya.
Satu hal yang pasti: perang dagang global belum berakhir, dan aliansi baru akan terus bermunculan.