warga Indonesia yang memilih berobat ke negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Fenomena ini bukan tanpa alasan mulai dari fasilitas medis yang lebih canggih, dokter spesialis berpengalaman. hingga biaya murah.
- Teknologi canggih: Peralatan medis kedua negara ini seringkali lebih mutakhir bandingkan Indonesia.
- Dokter spesialis berpengalaman: Banyak tenaga medis di sana yang telah menempuh pendidikan dan pelatihan di Eropa atau Amerika.
- Prosedur lebih cepat: Antrian untuk operasi atau pemeriksaan tertentu lebih singkat.
- Malaysia: Biaya operasi jantung atau penggantian sendi bisa 30-50% lebih murah daripada di Indonesia.
- Singapura: Meski relatif mahal, kualitas dan kesigapan pelayanan membuat banyak pasien merasa “worth it”.
- Paket medical tourism: Banyak rumah sakit di Malaysia dan Singapura menawarkan paket lengkap termasuk akomodasi dan transportasi.
- Tanpa antrian panjang: Janji temu dengan dokter spesialis bisa teratur secara online.
- Pelayanan terintegrasi: Hasil lab dan diagnosis bisa diperoleh dalam waktu singkat.
- Fasilitas lengkap: Mulai dari interpretasi hasil medis hingga konsultasi lanjutan lebih efisien.
- Rumah sakit dengan konsep resort: Seperti Gleneagles (Malaysia) atau Mount Elizabeth (Singapura).
- Akomodasi nyaman dekat rumah sakit: Memudahkan keluarga yang menemani pasien.
- Destinasi wisata medis: Singapura punya health screening packages, sementara Malaysia populer untuk perawatan gigi dan estetika.
Kurangnya Kepercayaan terhadap Sistem Kesehatan Lokal
- Keterbatasan alat medis di beberapa daerah.
- Kesulitan mendapatkan dokter subspesialis untuk kasus tertentu.
- Masalah birokrasi seperti klaim BPJS yang rumit.
Tingginya minat warga Indonesia berobat ke Malaysia dan Singapura menunjukkan bahwa kualitas, efisiensi, dan harga bersaing menjadi faktor utama. Jika Indonesia ingin mengurangi medical tourism, maka peningkatan fasilitas, SDM medis, dan efisiensi pelayanan harus menjadi prioritas.